Belum
lama ini, mantan PM Italia, Silvio Berlusconi mengutarakan kegelisahannya
terhadap sepakbola Italia dewasa ini. Beliau mengomentari dominasi pemain asing
di final Coppa Italia yang berlangsung pekan lalu. Lantaran, hanya Aquilani dan Insigne
yang mewakili Italia di line up utama kedua kubu. Selebihnya diisi oleh
pemain-pemain impor. Padahal pertandingan Napoli kontra Fiorentina tadi
disaksikan oleh PM Italia, Matteo Renzi serta Cesare Prandelli selaku pelatih
timnas. Beruntung muka Italia masih diisi dua pemain
lagi, yaitu Matri dan Giuseppe Rossi yang sejatinya lahir di Amerika.
Kegelisahan
Berlusconi diatas patut direnungkan oleh klub-klub di Italia. Sebelum
Berlusconi, mantan presiden Rosella Sensi juga jengah dengan migrasi pemain
asing di Italia. Menurut putri Franco Sensi tersebut, pemain asing yang singgah
di Italia merupakan pesepakbola buangan alias kelas dua. Mungkin saja dirinya
merujuk pada beberapa pemain semacam, Higuain, Callejon, Tevez, Llorente, Kaka
dll. Patut diapresiasi kritikan pedas Rosella Sensi diatas. Biarpun komentar
tersebut bagaikan menjilat ludah sendiri. Sebagai fans AS Roma, saya ingat
benar saat di masa kepemimpinan Rosella Sensi, beliau juga melakukan hal yang
sama. Cicinho, Julio Baptista, Gago, Adriano. Apa kabar kalian ?
Oke,
sebelum tulisan ini muncul, saya sempat posting curhatan mengenai Roma dan
Champions League. Setelah memastikan lolos ke Liga Champions musim depan, tentu
ada banyak PR untuk membenahi segala lini. Seperti yang disampaikan oleh Rudi
Garcia, bahwa skuad AS Roma musim depan harus kompetitif. Apalagi ada beberapa
aturan yang wajib dipatuhi oleh AS Roma sebagai syarat tampil di Liga
Champions. Antara lain pemain homeground serta Financial Fair Play (FFP).
Apabila pernah bermain FM 14, istilah tersebut tentu sudah akrab ditelinga.
Mengenai
FFP, saya memang tidak terlalu paham. Sepengetahuan saya, klub yang tampil di
kompetisi kontinental Eropa, keuangannya harus sehat. Masing-masing klub
dilarang menderita kerugian diatas 45 juta euro. Aturan tersebut diterapkan
mulai musim depan. Namun UEFA sudah melakukan ujicoba FFP ditahun ini. Situs
Bola Total pernah membahas tentang aturan FFP, dugaan mereka aturan finansial
tersebut justru membuat sepakbola semakin komersial. Lebih jelasnya silahkan
baca artikel berikut, “Sisi Lain Financial Fair Play”.
Selanjutnya
tentang aturan homeground player. Dari 25 pemain yang didaftarkan ke Liga
Champions, delapan diantara mereka harus berstatus homeground. Apa itu
homeground ? mengutip kicauan akun sepakbola @bolatotal, homeground adalah
pemain yang “sudah terdaftar selama tiga musim penuh di satu atau lebih klub
dalam satu asosiasi tertentu sebelum berusia 21 tahun”. Sebenarnya sejak musim
2008/09, UEFA sudah menerapkan aturan diatas. Rumitnya lagi, diantara delapan
pemain tersebut, klub wajib mendaftarkan minimal empat pemain asli didikan
akademi mereka. Wajar apabila PSG serta Manchester City kelabakan, mengingat
mereka lebih senang membeli pemain “jadi”. Ada kabar, kedua klub diatas dikenai
sanksi oleh UEFA akibat pelanggaran FFP serta homeground.
Untuk
kasus homeground, bagi Roma nampaknya aman-aman saja. Ibaratkan AS Roma
mendaftarkan pemainnya di Liga Champions dengan skuad saat ini. Paling tidak
kita bisa menyebut Totti, De Rossi, Florenzi serta Romagnoli, empat dari
homeground didikan akademi. Berikutnya, sebut saja Nainggolan, De Sanctis,
Ljajic, Balzaretti atau Destro. Aku
pikir tidak ada masalah dengan aturan homeground.
Mengenai
FFP, mungkin baru bisa dicermati ketika bursa transfer sudah dibuka. Karena
dapat dicermati dari pengeluaran atau pemasukan transfer klub, keseimbangan
gaji, serta sponsor. Saya sendiri kurang paham dengan kondisi keuangan AS Roma
sekarang. Memang, belum lama ini muncul berita bahwa AS Roma termasuk dari Top20 Most Valuable Soccer Club versi majalah Forbes. Namun, aku pikir itu belum
bisa menjadi patokan.
Baik,
mari kita mulai bercakap-cakap. Kali ini saya mau menguraikan sebuah impian. Serie
A tinggal menyisakan satu pertandingan. Pertarungan di papan atas sudah
selesai, pertaruhan di zona degradasi juga sudah resmi. Hanya tinggal perebutan
jatah Europe League. Apa lagi Serie A ? Yak, gong dimulainya bursa transfer
akan segera ditabuh. Masing-masing klub akan saling jegal, bukan lagi Napoli vs
Roma, melainkan Roma vs Muenchen. Cakupan wilayahnya begitu luas, dari Italia
sampai Inggris, menuju Argentina ataupun Afrika. Intinya, demi menghadapi
kompetisi kedepan, apa yang harus dilakukan Roma di kompetisi transfer. Bersiap-siaplah
untuk menggerutu atau tertawa, this is Transfer Madness guys...
Sayangnya
saya tidak mempunyai kontak telepon Walter Sabatini atau Rudi Garcia. Atau
memiliki keahlian untuk menyihir seseorang. Bahkan, aplikasi semacam Football
Manager Real Time Editor (FMRTE) di dunia nyata. Apabila semua imajinasi
tersebut bisa saya peroleh dari Doraemon, tentu saya akan menyulap AS Roma
menjadi tim paling kuat sedunia. Kalaupun boleh bermimpi, saya membayangkan
skuad AS Roma diisi oleh pemuda-pemuda yang berasal dari Roma. Lebih tepatnya
sih mereka lahir di wilayah yang masih menjadi bagian Region Lazio. Entah itu
dari provinsi Roma, Frosinone, Latina, Rieti atau Viterbo. Local youth bung.
Huehehehehe.
Katakanlah
kebijakan yang masih dianut oleh Athletic Bilbao sampai detik ini kita taruh
disistem perekrutan pemain AS Roma. Bilbao memang tim yang unik, kebijakan klub
mewajibkan mereka untuk merekrut pemain yang berasal dari Basque Country.
Bilbao tidak mungkin membeli Cristiano Ronaldo atau Eden Hazard. Karena kedua
pemain tadi punya darah keturunan Basque. Hebatnya lagi, Les Leones bersanding
bersama Barcelona dan Real Madrid sebagai klub yang tidak pernah degradasi.
Aturan tadi ternyata tidak dipermasalahkan oleh para suporter. Bahkan mereka
lebih memilih untuk degradasi ketimbang menghapus kebijakan diatas.
Agak
sedikit keras kepala sih kebijakan tersebut. Tapi lucu aja kalau AS Roma
menerapkan sebuah aturan bahwa mereka hanya boleh merekrut pemain yang berasal
dari region Lazio. Selama ini, AS Roma selalu identik dengan simbol seorang
pangeran. Aku kira hal tersebut dipengaruhi oleh faktor sejarah. Maklum, dimasa
lampau, kota Roma menjadi pusat Roman Empire. Tidak heran apabila pemimpin atau
kapten yang mereka puja, merupakan putra asli Roma. Siapa yang tidak kenal
Totti, De Rossi atau Giannini, mereka lahir di Roma. Sebelumnya, sebut saja Rocca "Kawasaki", Agostino Di Bartolomei, Bruno Conti, Giacomo Losi, Atillio Ferrari, Fulvio Bernardini, Amedeo Amedei, dsb. Alangkah menariknya apabila skuad sekarang juga
berasal dari Roma atau Region Lazio.
Tapi
apakah mungkin hal yang saya uraikan diatas akan terwujud ? aku kira tidak
mungkin. Susah sekali mewujudkan tradisi ala Athletic Bilbao, mengingat
kebijakan tersebut sudah diterapkan lama oleh mereka. Agak riskan kalau AS Roma
coba-coba meniru kebijakan Les Leones. Nah, kalau mayoritas skuad Il Lupi diisi
oleh pemuda lokal provinsi Roma dan sekitarnya bagaimana ? emm, besar
kemungkinan bisa, karena menyangkut kebijakan UEFA diatas sih. Jadi bagusnya
gimana dong ? woles sih, yang penting jangan jadi tim kayak mie instan, xixixixixi.....