"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Kamis, 15 Mei 2014

All I want is a Roman.. ( Percakapan Pertama )

Belum lama ini, mantan PM Italia, Silvio Berlusconi mengutarakan kegelisahannya terhadap sepakbola Italia dewasa ini. Beliau mengomentari dominasi pemain asing di final Coppa Italia yang berlangsung pekan lalu. Lantaran, hanya Aquilani dan Insigne yang mewakili Italia di line up utama kedua kubu. Selebihnya diisi oleh pemain-pemain impor. Padahal pertandingan Napoli kontra Fiorentina tadi disaksikan oleh PM Italia, Matteo Renzi serta Cesare Prandelli selaku pelatih timnas. Beruntung muka Italia masih diisi dua pemain lagi, yaitu Matri dan Giuseppe Rossi yang sejatinya lahir di Amerika.
Kegelisahan Berlusconi diatas patut direnungkan oleh klub-klub di Italia. Sebelum Berlusconi, mantan presiden Rosella Sensi juga jengah dengan migrasi pemain asing di Italia. Menurut putri Franco Sensi tersebut, pemain asing yang singgah di Italia merupakan pesepakbola buangan alias kelas dua. Mungkin saja dirinya merujuk pada beberapa pemain semacam, Higuain, Callejon, Tevez, Llorente, Kaka dll. Patut diapresiasi kritikan pedas Rosella Sensi diatas. Biarpun komentar tersebut bagaikan menjilat ludah sendiri. Sebagai fans AS Roma, saya ingat benar saat di masa kepemimpinan Rosella Sensi, beliau juga melakukan hal yang sama. Cicinho, Julio Baptista, Gago, Adriano. Apa kabar kalian ?
Oke, sebelum tulisan ini muncul, saya sempat posting curhatan mengenai Roma dan Champions League. Setelah memastikan lolos ke Liga Champions musim depan, tentu ada banyak PR untuk membenahi segala lini. Seperti yang disampaikan oleh Rudi Garcia, bahwa skuad AS Roma musim depan harus kompetitif. Apalagi ada beberapa aturan yang wajib dipatuhi oleh AS Roma sebagai syarat tampil di Liga Champions. Antara lain pemain homeground serta Financial Fair Play (FFP). Apabila pernah bermain FM 14, istilah tersebut tentu sudah akrab ditelinga.
Mengenai FFP, saya memang tidak terlalu paham. Sepengetahuan saya, klub yang tampil di kompetisi kontinental Eropa, keuangannya harus sehat. Masing-masing klub dilarang menderita kerugian diatas 45 juta euro. Aturan tersebut diterapkan mulai musim depan. Namun UEFA sudah melakukan ujicoba FFP ditahun ini. Situs Bola Total pernah membahas tentang aturan FFP, dugaan mereka aturan finansial tersebut justru membuat sepakbola semakin komersial. Lebih jelasnya silahkan baca artikel berikut, “Sisi Lain Financial Fair Play”.
Selanjutnya tentang aturan homeground player. Dari 25 pemain yang didaftarkan ke Liga Champions, delapan diantara mereka harus berstatus homeground. Apa itu homeground ? mengutip kicauan akun sepakbola @bolatotal, homeground adalah pemain yang “sudah terdaftar selama tiga musim penuh di satu atau lebih klub dalam satu asosiasi tertentu sebelum berusia 21 tahun”. Sebenarnya sejak musim 2008/09, UEFA sudah menerapkan aturan diatas. Rumitnya lagi, diantara delapan pemain tersebut, klub wajib mendaftarkan minimal empat pemain asli didikan akademi mereka. Wajar apabila PSG serta Manchester City kelabakan, mengingat mereka lebih senang membeli pemain “jadi”. Ada kabar, kedua klub diatas dikenai sanksi oleh UEFA akibat pelanggaran FFP serta homeground.
Untuk kasus homeground, bagi Roma nampaknya aman-aman saja. Ibaratkan AS Roma mendaftarkan pemainnya di Liga Champions dengan skuad saat ini. Paling tidak kita bisa menyebut Totti, De Rossi, Florenzi serta Romagnoli, empat dari homeground didikan akademi. Berikutnya, sebut saja Nainggolan, De Sanctis, Ljajic, Balzaretti atau Destro. Aku pikir tidak ada masalah dengan aturan homeground.
Mengenai FFP, mungkin baru bisa dicermati ketika bursa transfer sudah dibuka. Karena dapat dicermati dari pengeluaran atau pemasukan transfer klub, keseimbangan gaji, serta sponsor. Saya sendiri kurang paham dengan kondisi keuangan AS Roma sekarang. Memang, belum lama ini muncul berita bahwa AS Roma termasuk dari Top20 Most Valuable Soccer Club versi majalah Forbes. Namun, aku pikir itu belum bisa menjadi patokan. 
Baik, mari kita mulai bercakap-cakap. Kali ini saya mau menguraikan sebuah impian. Serie A tinggal menyisakan satu pertandingan. Pertarungan di papan atas sudah selesai, pertaruhan di zona degradasi juga sudah resmi. Hanya tinggal perebutan jatah Europe League. Apa lagi Serie A ? Yak, gong dimulainya bursa transfer akan segera ditabuh. Masing-masing klub akan saling jegal, bukan lagi Napoli vs Roma, melainkan Roma vs Muenchen. Cakupan wilayahnya begitu luas, dari Italia sampai Inggris, menuju Argentina ataupun Afrika. Intinya, demi menghadapi kompetisi kedepan, apa yang harus dilakukan Roma di kompetisi transfer. Bersiap-siaplah untuk menggerutu atau tertawa, this is Transfer Madness guys...
Sayangnya saya tidak mempunyai kontak telepon Walter Sabatini atau Rudi Garcia. Atau memiliki keahlian untuk menyihir seseorang. Bahkan, aplikasi semacam Football Manager Real Time Editor (FMRTE) di dunia nyata. Apabila semua imajinasi tersebut bisa saya peroleh dari Doraemon, tentu saya akan menyulap AS Roma menjadi tim paling kuat sedunia. Kalaupun boleh bermimpi, saya membayangkan skuad AS Roma diisi oleh pemuda-pemuda yang berasal dari Roma. Lebih tepatnya sih mereka lahir di wilayah yang masih menjadi bagian Region Lazio. Entah itu dari provinsi Roma, Frosinone, Latina, Rieti atau Viterbo. Local youth bung. Huehehehehe.
Katakanlah kebijakan yang masih dianut oleh Athletic Bilbao sampai detik ini kita taruh disistem perekrutan pemain AS Roma. Bilbao memang tim yang unik, kebijakan klub mewajibkan mereka untuk merekrut pemain yang berasal dari Basque Country. Bilbao tidak mungkin membeli Cristiano Ronaldo atau Eden Hazard. Karena kedua pemain tadi punya darah keturunan Basque. Hebatnya lagi, Les Leones bersanding bersama Barcelona dan Real Madrid sebagai klub yang tidak pernah degradasi. Aturan tadi ternyata tidak dipermasalahkan oleh para suporter. Bahkan mereka lebih memilih untuk degradasi ketimbang menghapus kebijakan diatas.
Agak sedikit keras kepala sih kebijakan tersebut. Tapi lucu aja kalau AS Roma menerapkan sebuah aturan bahwa mereka hanya boleh merekrut pemain yang berasal dari region Lazio. Selama ini, AS Roma selalu identik dengan simbol seorang pangeran. Aku kira hal tersebut dipengaruhi oleh faktor sejarah. Maklum, dimasa lampau, kota Roma menjadi pusat Roman Empire. Tidak heran apabila pemimpin atau kapten yang mereka puja, merupakan putra asli Roma. Siapa yang tidak kenal Totti, De Rossi atau Giannini, mereka lahir di Roma. Sebelumnya, sebut saja Rocca "Kawasaki", Agostino Di Bartolomei, Bruno Conti, Giacomo Losi, Atillio Ferrari, Fulvio Bernardini, Amedeo Amedei, dsb. Alangkah menariknya apabila skuad sekarang juga berasal dari Roma atau Region Lazio.

Tapi apakah mungkin hal yang saya uraikan diatas akan terwujud ? aku kira tidak mungkin. Susah sekali mewujudkan tradisi ala Athletic Bilbao, mengingat kebijakan tersebut sudah diterapkan lama oleh mereka. Agak riskan kalau AS Roma coba-coba meniru kebijakan Les Leones. Nah, kalau mayoritas skuad Il Lupi diisi oleh pemuda lokal provinsi Roma dan sekitarnya bagaimana ? emm, besar kemungkinan bisa, karena menyangkut kebijakan UEFA diatas sih. Jadi bagusnya gimana dong ? woles sih, yang penting jangan jadi tim kayak mie instan, xixixixixi.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar