"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Kamis, 29 Agustus 2013

La Magica Roma

Beberapa bulan yang lalu, saya membaca twit seorang romanisti. Laki-laki tadi menulis lima momen besar selama dia menjadi seorang romanista. Saya lalu membalas twit lelaki tadi, saya menulis “seeing Montella flying !” Ya, melihat seorang bomber mencetak gol lalu melakukan selebrasi ala pesawat terbang sungguh menjadi pemandangan yang indah bagi saya. Saya punya teman, namanya Ijah. Dia pernah berujar, waktu kecil dirinya suka dengan Montella. Kenapa ? Ijah mengaku senang melihat gaya Montella ketika mencetak gol, ditambah paras ganteng Montella yang mempesona kaum hawa.


                Akhirnya bulan bola sudah hadir kawan-kawan. Selama setahun kedepan kita akan disuguhi begitu banyak pertandingan bola luar negeri. RCTI beralih haluan menyiarkan Liga Spanyol, mengingat Liga Champion sudah dibajak SCTV. MNC Group terpaksa harus kehilangan jatah siaran liga paling terkenal di seantero dunia, liga Inggris menjadi hak SCTV. Setelah sekian tahun menghilang, masyarakat Indonesia kembali disuguhi liga Jerman. Kompas TV memegang hak siarnya. Masih seperti tahun kemarin, “beauty of Calcio” tetap berada di tangan TVRI.
                Pastinya setiap akhir pekan, olahraga yang penggemarnya masih didominasi kaum pria tadi menjadi santapan malam nan mengasyikkan. Twit war antar fans tentunya akan hadir disela-sela timeline kita. Lalu setiap hari Senin atau mungkin Selasa, diskusi soal perempuan akan berganti topik. Obrolan tentang bola menjadi kawan bagi teh ataupun kopi di kantin kampus. Ya, perayaan dan hiburan bagi suporter layar kaca akhirnya kembali dimulai. Selamat !
****
                One drama ends, but another drama begins. Sayang, saya bukan seorang WS Rendra yang pintar bermain kata-kata dan mencipta naskah drama. Tapi drama AS Roma kembali lagi menyelimuti hari-hari saya. Drama yang mampu membuat mood saya tiba-tiba berubah. Minggu kemarin, idola saya kembali membobol gawang, setelah 25 pertandingan tanpa satu gol pun di medan Serie A. Grande De Rossi ! Mungkin terlalu awal, ketika saya harus bilang bahwa AS Roma mampu bersaing dalam perebutan Scudetto. Saya sendiri masih yakin, kalau tahun ini masih menjadi jatah si Nyonya Tua. Hanya saja setitik harapan nampaknya muncul, disaat minggu kemarin AS Roma meraih kemenangan tandang.
                Maklum, raihan tiga poin atas Livorno merupakan kemenangan pertama di pertandingan awal musim selama lima tahun terakhir. Grande Rudi Garcia ! Tidak dapat disangkal, Roma dalam posisi yang amat terpuruk semenjak ditinggal Luciano Spaletti. Berbagai macam pelatih dengan gaya strategi yang berbeda-beda didatangkan. Mulai dari Ranieri, lalu Luis Enrique hingga Zdenek Zemanlandia. Sebelum Spaletti, Roma juga dirundung frustrasi soal pelatih. Luigi Del Neri terpaksa harus mundur di musim 2004/05, posisi klasemen yang buruk menjadi alasan suporter Roma mengkudeta Del Neri. Selanjutnya, pos pelatih Roma diisi oleh mantan bintang, bahkan legenda Roma, Rudi Voller dan Bruno Conti. Pada tahun-tahun selanjutnya, terutama pasca Spaletti, beberapa mantan pemain Roma juga mengisi kursi pelatih AS Roma. Ada Claudio Ranieri serta Vicenzo Montella. Roma terjerat utang berkepanjangan, rezim Sensi diganti oleh rezim Amerika. Mungkin, AS Roma terpikat dengan gaya tiki-takanya Barcelona. Luis Enrique muncul, hasilnya apa ? tetap buruk. Musim berikutnya, Zdenek Zeman datang kembali. Pelatih yang doyan merokok tersebut tentunya menjanjikan gaya bermain “attack, attack, attack !”. Lagi-lagi klub melakukan blunder. Roma tidak percaya dengan takhayul ternyata, sejarah mencatat, bahwa mantan pelatih tidak pernah sukses, ketika dia menjadi kembali melatih klub yang sebelumnya pernah dia tukangi.
                Aurelio Andreazolli dipercaya menggantikan Zeman. Aurelio datang semenjak rezim Spaletti, dia memutuskan bertahan di Roma, ketika Spaletti menyatakan mengundurkan diri dari kursi pelatih Roma. Bermusim-musim, Roma dirundung badai, kondisi yang sangat sulit untuk diperbaiki. Saya sendiri tidak tahu apa tips yang tepat untuk klub favorit saya tadi. Puncaknya, Roma harus tertunduk lesu di Olimpico. Serigala tidak mampu menggigit seekor elang. 1-0 untuk Lazio. Olimpia diizinkan untuk terbang mengitari Olmpico. Maaf, Montella tidak lagi terbang di Olimpico.
                Gosip mengenai siapa yang patut mengisi pos pelatih AS Roma terus mengeruak, berbulan-bulan lamanya. Allegri dikabarkan mendekat ke Trigoria, tapi Adriano Galliani buru-buru mengajaknya makan malam. Perpanjangan kontrak di Milan, deal. Muncul nama lain, yaitu Laurent Blanc. Konon kalau Blanc menjadi pelatih Roma, asistennya adalah Vincent Candela. Tapi nyatanya, Blanc malah melatih PSG, menggantikan Ancelotti. Nama terakhir tadi sempat diisukan menjadi pelatih Roma saat klub memutuskan untuk memecat Zdenek Zeman. Isu bahwa Ancelotti akan kembali lagi ke Olimpico sebenarnya sudah lama menjadi konsumsi publik. Dia sempat menyatakan keingginannya untuk melatih Roma. Namun, papa Carlito sendiri berujar, bahwa gajinya yang sangat tinggi menjadi alasan utama klub untuk tidak mengontraknya. Saya sendiri masih ingat ketika membaca tabloid Bola, Ancelotti berkata bahwa klub yang ingin dia latih hanyalah Milan dan Roma. Sayang, pria bertangan dingin tersebut akhirnya menyeberang ke London. Sayapun sejauh ini terus berharap, bahwa Ancelotti akan melatih AS Roma, entah kapan. Comeback to Rome papa Carlo ! 


Drama tentang pelatih Roma memang sudah selesai. Namun, berbagai macam drama masih saja muncul. Lumrah ketika sebuah klub harus merelakan pemain mereka pergi, lalu membeli pemain baru. Memang beberapa tahun terakhir, sepakbola dunia semakin rusak. Teman saya pernah bercerita, dulu sangat  jarang sekali pemain yang baru merumput selama satu atau dua musim, tiba-tiba dijual di musim selanjutnya. Sekarang ? jangan salah, duit sudah menjadi dewa. Sepakbola adalah bisnis bung ! Agaknya, saga transfer adalah tangga dramatik sebelum kita menikmati satu kemenangan atau nir kemenangan selama semusim ke depan.
                AS Roma terpaksa harus menjual salah satu bek muda (saya sempat menyebut dia, The Next Aldair ) menjanjikan ke klub “Arab”, eh maaf, klub Prancis maksudnya. Lalu, Il Lupi berhasil mendatangkan bintang baru Eropa, Kevin Strootman. Pemuda Belanda tersebut sangat bersinar dikancah Piala Eropa U-21 kemarin. Selanjutnya, Mehdi Benatia, seorang muslim yang mungkin akan menemai sholat Miralem Pjanic, mungkin lho bung. Berdasar statistik, permainan Benatia selama di Serie A lumayan diperhitungkan. Determinasinya sangat tinggi, ahli tackling. Roma juga mendaratkan kembali Maicon di tanah Italia, sejarah berkata klub ibukota tersebut sangat hobi memakai jasa pemain asal Brasil. Setelah ditinggal Stekelenburg, praktis posisi kiper menjadi sangat rawan. Siapa yang muncul ? Morgan De Sanctic akan merayakan reuni Italia U-21 bersama Fransesco Totti di Trigoria. Satu bek belia juga hadir, namanya Tin Jedvaj. Entahlah, tapi di Football Manager dia jago. Semoga di dunia nyata juga begitu. Hahaha
                Ketika beberapa pemain datang, otomatis ada pemain yang harus ditendang. Akhirnya, pemain yang dianggap duri dalam daging oleh suporter AS Roma dijual juga. Pablo Osvaldo, striker penggembara berdarah Argentina menjadi barang dagangan ke klub Inggris, Southampton. Seperti yang diucapkan pengamat sepakbola, James Horncastle, akhirnya si bajak laut Argentina menemukan kembali pelabuhannya dinegeri James Cook. Musim memang sudah dimulai, namun bursa transfer belum ditutup. Satu drama muncul kembali, kita tahu bahwa Erik Lamela pernah menandatangani kontrak baru bersama AS Roma. Namun apa yang terjadi ? ada kabar bahwa dia akan di jual ke Tottenham, wtf ! seakan-akan kita dibohongi, terutama saat ada presentasi klub di Olimpico (Open Day). Saat itu Lamela turut serta dikenalkan kepada publik. Polemik sih, bahwa Roma agak tambun disisi sayap. Reuni pemain asli Pantai Gading, Gervinho dengan Rudi Garcia tentunya mengakibatkan posisi sayap makin bertambah. Itupun masih ditambah dengan transfer Adem Ljajic dari Florence ke Roma. Jadi, bagaimana dengan Lamela ? harap-harap cemas bro. <~ ( kalimat tersebut saya tulis, sebelum OFFICIAL transfer ERIK LAMELA. Saat berniat untuk posting tulisan ini, saya membuka twitter terlebih dahulu. Wow, surprise ! )
****
Saat SMP, saya punya teman, namanya Ari. Dia seorang Milanisti, kita kerap saling ejek-mengejek waktu itu. Just for fun, hanya bercanda, tapi itu menyenangkan sekali. Lalu, tiap sore, saya bersama teman-teman sekampung kerap bermain bola. Kita bermain bola bersama para mahasiswa yang ngekost di daerah kami. Posisi saya adalah bek, mereka menjuluki saya “banteng”. Akan tetapi, saya lebih senang menyebut saya sebagai seorang “Mexes !”. Kalian pasti tahu, siapa itu Philipe Mexes. Bek tengah dari Prancis, berambut gondrong, selalu dikuncir tiap kali bermain. Tekel yang keras, beringasan, provokatif, saya senang dengan dia. Mexes ! Sayang sekali ketika dia harus berlabuh ke Milan, tapi itulah sepakbola.


                Bagi saya pribadi, Roma merupakan klub bola yang diselimuti oleh mitos. Mereka sangat memuja-muja seorang Roman (baca orang Roma). Roman adalah simbol bagi mereka, Roman adalah kapten, leader. Mulai dari Giacomo Losi, Fransesco Rocca, Agostino Di Bartolomei, Bruno Conti, Giuseppe Gianinni, Fransesco Totti serta De Rossi, atau mungkin Florenzi. Ya, untuk nama yang terakhir, saya berharap tidak ada lagi Aquilani “kedua”.
Kita tahu kalau suporter AS Roma lebih memuja Fransesco “Il Principe” Totti ketimbang Daniele “Il Capitano Futuro” De Rossi. Tapi saya sendiri lebih menyukai Daniele De Rossi. Lihatlah permainan dia dilapangan, tekel yang tepat, gelandang bertahan perebut bola serta pengumpan yang lihai. De Rossi selalu bermain dengan gaya yang berapi-api. Terbukti ketika dia berani beradu mulut dengan kapten Lazio, Paolo De Canio. Padahal usia mereka jaraknya teramat jauh. Alasan lain kenapa saya begitu suka dengan Daniele, sangat sepele, De Rossi lahir dibulan yang sama dengan saya. Saya lahir di bulan Juli tanggal 26, sedangkan De Rossi pada tanggal 24 Juli. Ajaib bukan ? hahaha. Masih ada keajaiban yang lain bung, AS Roma diresmikan pada 22 Juli 1927.  La Magica Roma !


                Saya tidak mengalami masa keemasan Roma di periode 80an. Scudetto tahun 2001 memang sangat spesial, tapi saya masih kanak-kanak, emosi  akan kemenangan scudetto tidak saya rasakan. Beberapa tahun berikutnya, Roma ditinggal oleh Capello. Kondisi Roma saat itu bisa dikatakan sangat terpuruk. Bahkan Totti sampai berkata, bahwa Fabio Capello mengkhianati AS Roma. Tapi sudahlah bung, akan ada Roma yang baru setelah itu. Terima kasih Capello atas pengabdiannya sebagai pemain dan pelatih. Lain cerita, saya senang ketika ada duet Totti dan Vucinic. Bagi saya, periode Spaletti merupakan era keemasan bagi AS Roma, biarpun agak ternodai di semifinal Champion. 7-1 ? wtf ! Ya, drama, drama dan drama.

                Okee, mungkin agak naif ya tulisannya. Tapi begitulah. Forza Roma !