Menjadi pelatih sepakbola
memang tidak semudah ketika kita bermain game Football Manager atau sejenisnya.
Karir “kepelatihan” saya di Football Manager terbilang lumayan dengan
menyandang nama Vito Andolini Corleone, berasal dari kota Corleone, Provinsi
Palermo. Maklum saya sendiri penggemar film Godfather.
Selama lima tahun
melatih AS Roma, saya berhasil mengangkat derajat klub ibukota Italia tersebut.
Beberapa gelar sudah saya persembahkan, antara lain lima kali juara Coppa
Italia, empat Super Coppa dan satu Europe League. Sudah berjuta-juta uang saya
tinggalkan. Tentunya dari hasil penjualan pemain serta hadiah kompetisi.
Pemain-pemain muda pun juga menjadi bintang dan diincar banyak klub besar
macam, Barcelona, Manchester United, Real Madrid, PSG dan sejenisnya. Waktu itu
juga sempat lolos ke final Liga Champions, namun kalah di tangan Barca.
Uniknya, sewaktu semifinal melawan Porto, di kandang mereka kita kalah 4-0.
Namun, saat leg kedua dihadapan para suporter, kita mampu menang 8-0. Miralem
Pjanic mencetak lima gol sekaligus. Tampaknya tidak mungkin ya kalau di dunia
nyata, namanya juga game.
Lalu di musim
2019/20 saya memutuskan meninggalkan AS Roma. Waktu itu James Pallotta selaku
presiden klub tidak mau membangun stadion. Sayapun ngambek dan membeberkan hal
tersebut ke media. Presiden klub mengajak rapat, mereka tidak senang atas
kelakuan tersebut. Saya lebih memilih out, lagian sudah jadi icon di klub.
Hahaha.
Akhirnya sayapun
nganggur selama beberapa bulan. Beberapa klub dan negara menawari saya
pekerjaan, semacam Arsenal, Soton, serta Spanyol, namun saya menolaknya. Di
lain pihak, AS Roma mengangkat pelatih yang cukup ternama. Dia adalah Carlo Ancelotti,
pelatih sukses dan bertalenta tinggi. Kalau tidak salah, waktu itu Don Carlitto
sedang melatih Dortmund.
Di bawah asuhan
Ancelotti, AS Roma tampil menggila. Saingan mereka di musim 2019/2020 masih
itu-itu saja, semacam Juventus, Milan dan Napoli. Eh, tiba – tiba ada satu klub
Italia yang meminta saya untuk jadi pelatih, yaitu Napoli. Saya ogah menerima
tawaran mereka, maklum kelahiran Palermo, sejak lahir sudah musuhan sama
mereka. Hihihihi. Selanjutnya saya melihat Sampdoria memecat pelatih mereka,
yaitu Roberto “Laziale de Merda” Mancini . Sayapun apply for job, siapa tahu
mereka tertarik. Setelah berunding dengan pimpinan klub, mereka menawari saya
kontrak. Saya setuju dengan tawaran mereka dan optimis mampu bertahan di Serie
A, mengingat posisi Sampdoria saat itu berada di peringkat 18. Setelah melihat
komposisi pemain, ternyata mereka tidak terlalu menonjol, sebut saja Paloschi,
Zapata, Uric, Daniel Akyei, Fossatti, Scheloto dll. Saat jendela transfer kedua
dibuka, beberapa pemain hebat saya beli, antara lain Daniele De Rossi, Mandzukic
serta pemain regen dari Rusia. Alhamdulillah, saya berhasil membawa Sampdoria
finish di peringkat 6 dan juara Coppa Italia. Di sisi lain, klub kesayangan
saya berhasil meraih Scudetto serta menggilas Porto di final Liga Champions.
Grande Don Carlito !
Berdasar
pengalaman “kepelatihan” saya di Football Manager, ternyata David Moyes bisa
membawa Manchester United menjuarai Premier League serta Champions League di
musim pertamanya. Ironi memang apabila dibandingkan dengan kenyataan sekarang,
#MoyesOut. Mungkin waktu itu David Moyes sedang lelah dan lupa save game
terlebih dulu. Hahahaha. Erik Lamela sang wonderkid juga bermain bagus dan
lumayan sukses saat merumput bersama Tottenham Hotspur. Namun nyatanya, pemain
kelahiran Argentina tersebut nasibnya terkatung – katung sekarang, diacuhkan
oleh sang pelatih, cedera pula. But, that’s football guys.
Nah, sepakbola
selalu menghiasi dinamika kita, baik laki-laki atau perempuan. Saat masih duduk
di bangku SD dan SMP, saya masih sering bermain bola setiap sore. Bersama
tetangga serta beberapa pemuda yang ngekost di kampung saya. Atau terkadang
datang ke Tridadi dengan niat menyaksikan aksi Marcelo Braga dkk. Baik dengan
membayar tiket atau jadi laskar jebolan di menit – menit akhir pertandingan. Sepakbola
memang candu, Football Manager juga candu. Bagi yang sedang skripsi saya
sarankan untuk segera pensiun dari Football Manager. Uninstall dan delete semua
file-file yang berhubungan dengan FM. Gitu aja sih. Semoga mencerahkan. Ciao !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar