"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Minggu, 11 Mei 2014

Football Manager

Menjadi pelatih sepakbola memang tidak semudah ketika kita bermain game Football Manager atau sejenisnya. Karir “kepelatihan” saya di Football Manager terbilang lumayan dengan menyandang nama Vito Andolini Corleone, berasal dari kota Corleone, Provinsi Palermo. Maklum saya sendiri penggemar film Godfather.
Selama lima tahun melatih AS Roma, saya berhasil mengangkat derajat klub ibukota Italia tersebut. Beberapa gelar sudah saya persembahkan, antara lain lima kali juara Coppa Italia, empat Super Coppa dan satu Europe League. Sudah berjuta-juta uang saya tinggalkan. Tentunya dari hasil penjualan pemain serta hadiah kompetisi. Pemain-pemain muda pun juga menjadi bintang dan diincar banyak klub besar macam, Barcelona, Manchester United, Real Madrid, PSG dan sejenisnya. Waktu itu juga sempat lolos ke final Liga Champions, namun kalah di tangan Barca. Uniknya, sewaktu semifinal melawan Porto, di kandang mereka kita kalah 4-0. Namun, saat leg kedua dihadapan para suporter, kita mampu menang 8-0. Miralem Pjanic mencetak lima gol sekaligus. Tampaknya tidak mungkin ya kalau di dunia nyata, namanya juga game.
Lalu di musim 2019/20 saya memutuskan meninggalkan AS Roma. Waktu itu James Pallotta selaku presiden klub tidak mau membangun stadion. Sayapun ngambek dan membeberkan hal tersebut ke media. Presiden klub mengajak rapat, mereka tidak senang atas kelakuan tersebut. Saya lebih memilih out, lagian sudah jadi icon di klub. Hahaha.
Akhirnya sayapun nganggur selama beberapa bulan. Beberapa klub dan negara menawari saya pekerjaan, semacam Arsenal, Soton, serta Spanyol, namun saya menolaknya. Di lain pihak, AS Roma mengangkat pelatih yang cukup ternama. Dia adalah Carlo Ancelotti, pelatih sukses dan bertalenta tinggi. Kalau tidak salah, waktu itu Don Carlitto sedang melatih Dortmund.
Di bawah asuhan Ancelotti, AS Roma tampil menggila. Saingan mereka di musim 2019/2020 masih itu-itu saja, semacam Juventus, Milan dan Napoli. Eh, tiba – tiba ada satu klub Italia yang meminta saya untuk jadi pelatih, yaitu Napoli. Saya ogah menerima tawaran mereka, maklum kelahiran Palermo, sejak lahir sudah musuhan sama mereka. Hihihihi. Selanjutnya saya melihat Sampdoria memecat pelatih mereka, yaitu Roberto “Laziale de Merda” Mancini . Sayapun apply for job, siapa tahu mereka tertarik. Setelah berunding dengan pimpinan klub, mereka menawari saya kontrak. Saya setuju dengan tawaran mereka dan optimis mampu bertahan di Serie A, mengingat posisi Sampdoria saat itu berada di peringkat 18. Setelah melihat komposisi pemain, ternyata mereka tidak terlalu menonjol, sebut saja Paloschi, Zapata, Uric, Daniel Akyei, Fossatti, Scheloto dll. Saat jendela transfer kedua dibuka, beberapa pemain hebat saya beli, antara lain Daniele De Rossi, Mandzukic serta pemain regen dari Rusia. Alhamdulillah, saya berhasil membawa Sampdoria finish di peringkat 6 dan juara Coppa Italia. Di sisi lain, klub kesayangan saya berhasil meraih Scudetto serta menggilas Porto di final Liga Champions. Grande Don Carlito !
Berdasar pengalaman “kepelatihan” saya di Football Manager, ternyata David Moyes bisa membawa Manchester United menjuarai Premier League serta Champions League di musim pertamanya. Ironi memang apabila dibandingkan dengan kenyataan sekarang, #MoyesOut. Mungkin waktu itu David Moyes sedang lelah dan lupa save game terlebih dulu. Hahahaha. Erik Lamela sang wonderkid juga bermain bagus dan lumayan sukses saat merumput bersama Tottenham Hotspur. Namun nyatanya, pemain kelahiran Argentina tersebut nasibnya terkatung – katung sekarang, diacuhkan oleh sang pelatih, cedera pula. But, that’s football guys.

Nah, sepakbola selalu menghiasi dinamika kita, baik laki-laki atau perempuan. Saat masih duduk di bangku SD dan SMP, saya masih sering bermain bola setiap sore. Bersama tetangga serta beberapa pemuda yang ngekost di kampung saya. Atau terkadang datang ke Tridadi dengan niat menyaksikan aksi Marcelo Braga dkk. Baik dengan membayar tiket atau jadi laskar jebolan di menit – menit akhir pertandingan. Sepakbola memang candu, Football Manager juga candu. Bagi yang sedang skripsi saya sarankan untuk segera pensiun dari Football Manager. Uninstall dan delete semua file-file yang berhubungan dengan FM. Gitu aja sih. Semoga mencerahkan. Ciao !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar