"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Kamis, 15 Mei 2014

AS Roma and Champions League

Kompetisi Serie musim 2013/2014 tinggal menyisakan dua pertandingan. Selamat untuk Juventus ! Sedangkan Roma beserta Napoli sudah dipastikan mendapat jatah Liga Champions. Dua pekan terakhir akan menjadi kompetisi bagi tim yang mengincar kursi di Europe League. Satu slot sudah dikunci oleh Fiorentina. Dua slot lainnya akan diperebutkan oleh Inter Milan, Torino, Parma, Milan, Verona serta Lazio. Gonjang-ganjing di jurang degradasi juga menarik untuk diikuti. Sejauh ini belum ada yang dipastikan siapa yang akan meluncur ke Serie B. Pekan kemarin, Sassuolo berhasil menikam Fiorentina. Berardi dkk terbang ke peringkat 16. Akan tetapi posisi mereka belum aman, peringkat 16 sampai 20 masih terus berjuang untuk menjauh dari zona degradasi (Sassuollo, Chievo, Bologna, Catania dan Livorno)

Baik, mari percakapan tentang AS Roma kita mulai. Maaf apabila sedikit bertele-tele. Satu kata, kompetitif. Itulah yang diinginkan Rudi Garcia untuk menghadapi musim depan. Skuad AS Roma harus kompetitif. Jauh sebelumnya, Totti juga berujar bahwa Roma membutuhkan penyerang yang berkelas agar mampu bersaing di kancah Eropa. Muncul satu nama, yaitu Didier Drogba. Lupakan soal penyerang Galatasaray yang kontraknya akan habis di bulan Juni nanti. Satu hal yang penting adalah, tim yang kompetitif dan bermental juara. Quote kompetitif dan Drogba

Harap maklum apabila Rudi Garcia was was dengan skuad AS Roma sekarang. Mayoritas pemain Roma minim jam terbang di kompetisi Eropa. Beberapa dari mereka seperti Totti, De Rossi, Taddei, Maicon mungkin kerap mengecap kompetisi semacam Liga Champions. Namun yang perlu digaris bawahi, AS Roma sudah lama absen di Eropa. Tentu bukan perkara mudah menghadapi tim-tim luar Italia. AS Roma memerlukan adaptasi setelah sekian lama hanya merumput di negeri Pizza. Apabila mengacu pada beberapa klasemen di kompetisi domestik yang lain, beberapa tim sudah memastikan jatah Liga Champions. Paling tidak AS Roma akan menghadapi klub semacam Real Madrid, Bayern Muenchen, Dortmund, Atletico Madrid, Barcelona, Liverpool, Manchester City, Olympiacos, Ajax, Benfica, PSG, Sporting CP, AS Monaco dan Juventus. Beberapa tim lain yang kemungkinan akan menyusul adalah Chelsea, Schalke, Zenit, Basel, Shaktar Donetsk, Galatasaray atau Besiktas. Tim-tim yang lolos namun harus berjuang lebih dahulu lewat jalur kualifikasi juga patut di perhitungkan. Sebut saja, Bilbao, Napoli, Porto, Feyenoord, atau Celtic. Calon lawan yang tentunya tidak boleh dipandang sebelah mata.

Curhatan saya belum selesai. Apabila diatas sudah ditekankan bahwa Roma membutuhkan skuad yang mumpuni. Satu hal yang cukup meresahkan adalah mengenai tradisi di Eropa. Sejauh ini, tradisi Roma ketika berkompetisi baik di Liga Champions atau Europe League tidaklah mengesankan. Kalau boleh memuji, hanya duo Milano yang kerap membanggakan negerinya di Eropa. Tim yang lain ? menurut saya hanya sebagai penghibur sesaat, angin-anginan. Ingat, Lazio, Sampdoria atau Parma pernah menjajah Eropa. Bahkan gelar UEFA Cup / (RIP) Winners Cup pernah mereka arak dihadapan para pendukungnya. Sekarang ? maaf, untuk saat ini gaung mereka terdengar lirih sekali. Oh, ada yang terlupakan ya ? Juventus, iya Juve, satu-satunya peraih bintang tiga berwarna emas. Delapan belas tahun yang lalu dihadapan “sang ibunda tercinta”, piala Liga Champions mereka rengkuh. Di stadion Olimpico (Rome), pasukan Marcelo Lippi berhasil menundukkan Ajax lewat drama penalti. Di atas sudah saya sebutkan, 18 tahun silam. Italia memang penguasa generasi 90an ya.


Lalu, seperti apa sepak terjang serigala kota Roma di kompetisi kontinental ? Geliat Il Lupi di Eropa pernah dikicaukan oleh akun twitter @RomaIndonesia. Secara sekilas dapat kita cermati via link berikut. Nah, prestasi terbaik AS Roma di Liga Champions terjadi pada musim 1983/84, dulu namanya masih European Cup. Sayang, dihadapan para pendukungnya, mereka menyerah ditangan Liverpool. Konon, keberhasilan Roma lolos ke final diwarnai unsur kecurangan. Polemik tadi terjadi saat semifinal antara Roma kontra Dundee United, lebih jelasnya simak artikel berikut. Final kembali dinikmati punggawa AS Roma pada 1991. Namun buka Champions League, melainkan UEFA Cup (sekarang Europe League). Apabila di musim 1983/84, nama-nama yang tenar adalah Falcao, Conti, Ancelotti, Tancredi, Nela dan tentu saja Il Capitano, Agostino di Bartolomei. Era 90an adalah masanya Aldair, Rudi Voeller, Tempestilli serta Il Principe, Giuseppe Gianinni. Sayang mereka gagal karena dijegal Inter Milan. Roma kalah agregat, 1-2 untuk Inter Milan.

Mari menengok ke belakang sebentar. Di era 60an, sempat ada kompetisi kontinenantal yang bernama Fairs Cup. Beruntung, Roma menjadi juara di tahun 1961 setelah mengalahkan Birmingham City. Menginjak periode 70an, ada kompetisi antar tim Italia dan Inggris, namanya Anglo Italian Cup. Roma merengkuh kejuaraan tersebut pada tahun 1972, Blackpool mereka kalahkan. So last year bung.

Beranjak ke era kekinian. Pada kompetisi Champions League 2007/08, AS Roma berhasil lolos di perempatfinal setelah menyingkirkan Real Madrid. Di Olimpico menang 2-1, dilanjutkan kemenangan fantastis di Bernabeu dengan skor yang sama. Namun, petaka terjadi karena mereka bertemu kembali dengan Manchester United di perempatfinal. Di musim 2006/07, saat leg kedua perempatfinal melawan Manchester United. Sir Alex Ferguson terbukti lihai menjinakkan strategi ciamik Luciano Spalletti yang saat ini dikenal dengan istilah false nine. Kekalahan 7-1 di Old Tradford menjadi penutup kiprah Roma di kompetisi yang kelak disabet AC Milan. Nasib buruk kembali menimpa Totti dkk, mereka takluk dua leg sekaligus. Manchester United lolos setelah menang agregat 3-0 atas Roma. Uniknya, dalam setahun Roma bertemu United empat kali karena sebelumnya mereka juga saling bertarung di grup F. Total, tiga kemenangan untuk MU dan satu hasil imbang.


Sejak kegagalan Roma di perdelapanfinal Champions League 2008/09, kompetisi tersebut tidak pernah lagi dijamah oleh mereka. Musim 2009/10, Roma hanya lolos UEFA Europe League. Parahnya, itulah kompetisi Eropa terakhir yang akan mereka jalani. Sebab di tahun 2010/11, mereka tidak memperoleh jatah Eropa. Lalu saat diasuh Luis Enrique, Roma punya kesempatan untuk bertarung di Europe League. Sayang di fase playoff mereka kandas di tangan Slovan Bratislava. Jadi selama lima tahun Roma absen di kancah Champions League dan selama empat tahun mereka tidak berkeliling Eropa. Akhirnya, lima tahun yang panjang.

Kompetisi di tahun 2014/15 akan menjadi pekan yang padat. Tidak lagi 38 pertandingan, melainkan lebih. Semoga saja musim depan Roma mampu menjalani 57 pertandingan. Hahaha. Artinya, mereka akan menuntaskan kompetisi Serie A, lalu mencapai Final Coppa Italia, serta lolos Final Liga Champions. Syukur-syukur mereka bisa treble musim depan. Ngimpi ya bung ? Emang, namanya juga harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar