"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Kamis, 24 Juli 2014

Sekarang atau Tidak Sama Sekali

Musim kemarin skuad asuhan Rudi Garcia meraih 85 poin dan berakhir di posisi kedua. Lippi pernah berujar bahwa Roma berperan antagonis di kancah Serie A dan menjadi saingan utama Juventus kala itu. Sebelumnya media – media memprediksi bahwa Napoli lah yang mungkin mampu menempel ketat Juventus di musim kemarin. Namun kenyataan berkata lain, rivalitas Juve dan Roma berlangsung sengit sampai pekan – pekan akhir. Angka 105 membuktikan nyali Juventus atas kompetitornya. Tidak wajar memang dengan raihan poin tersebut Roma tidak mampu merengkuh Scudetto. Sungguh terlalu kau Nyonya Tua !

Baiklah, lagi-lagi jagad sepakbola Italia dikejutkan dengan berita yang tidak terduga. Siapa yang mengira timnas mereka gagal total di ajang Piala Dunia ? Lalu di minggu kemarin siapa yang tidak heran dengan pengunduran diri Antonio Conte dari kursi kepelatihan di Juventus. Bayangkan, tiga scudetto berturut-turut beliau raih.  Rekor baru sejak tahun 1933 dalam sejarah Serie A. Andrea Agnelli sebagai pemilik Juventus patut bangga, karena prestasi tersebut belum pernah diraih oleh ayahnya, bahkan kakeknya.

Ketika tahu Conte mengundurkan diri, saya tertawa terbahak – bahak. Sebagai fans Roma sayapun bertanya, “Apakah musim ini Roma ?” Conte memang kaliber, kata – katanya tajam, baik kepada sesama pelatih atau pers Italia. Pelatih yang berusia 44 tahun tersebut mampu memanfaatkan kedalaman skuadnya untuk menjadi penguasa Italia. Di musim pertamanya melatih Juventus, dia berhasil meraih scudetto tanpa satu kekalahan pun. Meminjam salah satu judul dramanya Henrik Ibsen, julukan “An Enemy of People” memang patut disematkan didahi Antonio Conte. Ciao Conte !

Sebaiknya ekspektasi fans Roma tidak usah berlebihan. Finish tiga besar dan mampu lolos ke babak perdelapan final Champions League sudah hasil yang baik menurut saya. Maklum, sembari menunggu selesainya stadion yang baru, Roma harus mengamankan finansial mereka. Ada kabar bahwa musim ini tanpa sponsor utama lagi. Musim kemarin klub yang bermarkas di Trigoria tersebut memang terlihat superior. Tapi perlu diingat, Roma tidak bermain di Eropa saat itu. Besar kemungkinan juga, strategi Rudi Garcia sudah terbaca oleh lawan-lawannya di musim ini.

Namun setelah Juventus mengangkat Allegri sebagai pelatih baru mereka, harapan Roma untuk meraih Scudetto semakin tinggi. Wajar, sebab Allegri tidak disukai oleh fans Juventus dan dianggap sebagai pelatih gagal. Allegri pernah mempersembahkan gelar Scudetto untuk Milan di musim 2010/11. Namun makin lama karirnya malah ambruk. Strategi Allegri dianggap tidak jelas. Lalu hubungannya yang buruk dengan Pirlo juga menambah peliknya problem di tubuh Juventus sekarang. Roma tidak bisa lagi mengelak.

Kita juga boleh berandai – andai dengan penurunan kualitas skuad Nyonya Tua. Mereka memang berhasil mendaratkan Morata di negeri Italia. Namun bagaimana dengan kabar Vidal dan Pogba. Kunci permainan Juventus dikomandoi oleh Pirlo. Namun peran Vidal dan Pogba termasuk sentral. Andai saja Pogba dan Vidal jadi dilego, bagaimana nasib skuad yang sudah mumpuni tersebut. Mereka masih harus beradaptasi dengan strategi yang baru. Lalu apabila membeli pemain untuk menggantikan posisi Vidal atau Pogba, lagi – lagi Juventus harus merakit kembali pesawat mereka. Allegri sendiri lebih dikenal dengan formasi yang memakai empat bek. Juventus dibawah Conte kerap memakai tiga bek tengah dan dua fullback. Apakah bisa ? Chiellini saja kelabakan ketika Italia memutuskan untuk memakai dua bek tengah. Itulah beberapa faktor yang menganggap bahwa Roma mampu mengangkat Scudetto di musim ini. Faktor yang justru muncul dari luar lingkungan Roma. Beban berat berada dipundak Roma, mengingat mental dan tradisi juara belum melekat di darah mereka.

Sejauh ini melihat permainan Roma di bursa transfer, beberapa pemain yang mereka rekrut sekedar pelapis belaka. Ada seorang kawan, sesama Romanista, Ucok namanya. Dia heran kenapa Roma kok malah beli pemain tua dan gratisan. Kenapa tidak beli striker yang top kayak Batistuta dulu. Aku mengamini pendapat Ucok tersebut. Roma memang butuh striker yang hebat. Wajar, sebab Destro rawan cedera sedangkan Ljajic masih angin-anginan. Boriello ? ah, mungkin dia dipinjamkan lagi, gajinya juga sangat mencekik.

Setelah melego Ashley Cole, Seydou Keita serta Urby Emanuellson, Roma semakin gencar melancarkan serangannya di dunia transfer. Sisi tengah mereka perdalam dengan mendatangkan Salih Ucan. Pemain yang dipinjam selama dua tahun dari Fenerbahce (dengan opsi pembelian) tersebut memang berbakat. Gaya bermainnya mirip dengan Pjanic, kreator permainan. Namun usianya terbilang muda, minim pengalaman di liga besar.

Transfer yang cukup mencengangkan adalah pembelian Juan Iturbe dari Verona. Roma harus merogoh 22 juta euro untuk merekrut penyerang yang berusia 22 tahun tersebut. Iturbe adalah tipe pemain yang disukai oleh Garcia. Gaya mainnya mirip dengan Gervinho. Jago dribling, kencang larinya serta pandai memberikan umpan – umpan yang manis. Besar kemungkinan pemain dari Argentina tersebut menjadi pilihan utama Rudi Garcia di musim ini. Tapi lagi – lagi persoalan pengalaman. Iturbe baru merumput di Serie A selama semusim. Selain itu, harganya yang mahal bisa saja malah menjadi beban dipundaknya. Jangan sampai ada “Cassano kedua” ditubuh Roma.

Beban sebagai calon juara memang harus disandang Roma saat ini. Setidaknya, sampai detik ini kita boleh menganggap seperti itu. Toh, daya gedor Juventus mesti akan ditambah dan kita belum tahu sejauh apa kedalaman skuad mereka. Bahkan akhir – akhir ini ada kabar bahwa Juve siap membeli Shaqiri, notabene salah satu incaran AS Roma juga. Problem yang ada ditubuh Roma juga harus segera diselesaikan. Seharusnya Garcia sudah berani untuk membangku cadangkan Totti. Ketergantungan Roma terhadap Il Principe masih sangat tinggi. Sebenarnya Roma juga mempunyai Pjanic yang mampu menjadi kreator. Kelebihan Totti dalam hal teknik masih bisa dimanfaatkan untuk mendidik Ucan atau Leandro Paredes. Soal ban kapten, De Rossi lebih pantas memakainya ketimbang Totti. Sudah cukup lama kita memuja –muja sang Prima Punta dan perangainya yang buruk membuat saya sedikit kurang respek.

Nasib Benatia kedepan juga masih simpang siur. Entah apakah pemain Maroko tersebut masih mutung karena gajinya tidak urung dinaikkan. Begitu pula dengan Gervinho yang masih merengek – rengek mengenai gaji. Kabar baru, Destro, Florenzi serta Maicon juga akan dinaikkan bayarannya. Semestinya mereka mesti berkaca dengan pengalaman yang dialami Tommassi. Karena didera cedera panjang, pemain kribo tersebut pernah meminta gaji yang nominalnya sama dengan tim Primavera.

Di musim kemarin, sedikit demi sedikit, Rudi Garcia menanamkan mental untuk selalu menang di tiap pertandingan. Wajar, di awal musim kemarin dengan streak kemenangan berturut – turut membuat Roma sebagai tim yang patut disegani. Mereka berada diatas angin saat itu, sedang naik daun. Entah karena terbuai pujian, tekanan untuk menjadi juara atau beberapa pemain dirundung cedera, akhirnya Juventus berhasil menduduki capolista hingga akhir musim. Roma belum siap juara di musim kemarin, itu benar karena perkara mental, medioker. Aku pikir sekarang mereka sudah berubah.

Ingat, di musim 2000/01, Roma juga berada dibawah tekanan. Karena Lazio berhasil juara dimusim sebelumnya. Kondisi tersebut mungkin sama dengan sekarang. Siap atau tidak, sekaranglah waktu yang tepat untukmu Roma. Inilah saatnya Roma.

Trivia :
  1. Januari kemarin, Adriano Galliani berujar bahwa Radja Nainggolan akan melabuh di Roma. Perkiraan tadi terbukti menjadi kenyataan. Lalu saat bursa transfer musim ini dibuka, Galliani juga mempredikisi kalau Iturbe mungkin merapat ke Trigoria. Lagi – lagi pernyataan pria gemuk dan gundul tersebut benar. Padahal dua pemain tersebut menjadi salah satu sasaran AC Milan. Siapa lagi Galliani ?
  2. Rudi Voeller termasuk salah satu mantan pemain yang pernah melatih Roma. Selain Voeller ada Vincenzo Montella, Bruno Conti, Fabio Capello, Carlo Mazzone, Fulvio Bernardini dll. Belum lama ini beliau masuk jajaran Hall of Fame AS Roma 2014 bersama Ghiggia, Ancelotti dan Candela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar