Ada kalanya,
tanah merindukan hujan. Rintik-rintik menghujam, serasa lembut. Daun, ranting,
batu dan material-material yang lain juga menunggu pelukan hujan. Namun, sebuah
tanah tidak akan pernah cemburu, biarpun menjadi peraduan terakhir hujan.
Di sela-sela
percumbuan hujan dengan daun, tercium wangi harum dari mawar yang hampir layu.
Ada air yang menetes dari mahkota sang mawar. Mungkin itu tangisan, mungkin
juga bukan.
Di bawah, ada
satu sosok yang bersembunyi di balik kegelapan. Dia adalah raja kodok yang
sedang menunggu putra-putrinya. Mungkin mereka sedang tersesat.
Di lain pihak,
pasukan semut saling berbincang. Mereka sedang menggunjing. Hujan berselingkuh
dengan daun. Seekor kucing liar yang senantiasa mengasihi anak-anaknya kelihatan
tidak peduli. Baginya, perbuatan serong tersebut bukan urusan yang penting.
Toh, dia juga kerap diperlakukan sama oleh kucing-kucing bermata keranjang.
Akhirnya tiba
juga waktu dimana tanah mulai dijilati oleh hujan. Basah. Hujan dan tanah
saling melepas rindu. Malam itu mereka benar-benar gembira. Tertawa, terbayar
sudah siksaan oleh sang surya.
Sayang, sebelum
pagi mulai membangunkan daun-daun, kisah mereka sudah habis. Karena sang bulan
tak mengijinkan hujan untuk berlama-lama di bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar