"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Jumat, 20 September 2013

Perang, Kebencian dan Dendam di Kota Abadi


“Who will fight with me? Who will fight with me? Will you fight for me? Will you fight for me?” (Ancient Rome The Rise and Fall of an Empire : Caesar | BBC )

Siapakah yang akan menjadi bangkai di hari Minggu besok ? pertanyaan tersebut agaknya tepat untuk dilayangkan kepada tifosi Lazio dan AS Roma. Sejarah akan mencatat rekor baru, dimana Serie A 2013/14 akan mempertontonkan lima derbi (derbi satu kota) dalam satu musim. Derby Della Capitale patut berbangga, karena mereka menjadi bagian dari kelima derbi yang lain. Sisanya, Derby Della Mole (Juventus vs Torino), Derby Della Madonina/Derby Milano (AC Milan vs Inter Milan), Derby Della Lanterna (Sampdoria vs Genoa) dan Derby Verona (Chievo vs Verona).

Beberapa media ada yang mengatakan kalau Derby Della Capitale merupakan derby paling panas dibanding derby-derby lain di Italia. The Rome Derby lebih ganas dan sarat emosi dibanding Derby Della Madoninna atau Derby Della Mole bahkan Derby Italia. Harga diri menjadi taruhannya, serta siapa yang layak mengibarkan bendera diseantero kota Roma.

Faktanya, persaingan sengit kedua klub tersebut dimulai sejak tahun 1927. Perlu diingat, Giallorossi adalah gabungan dari tiga klub di Roma pada saat itu. Yaitu Pro Roma (1911), FBC Roma (1899) dan Alba Audace (1907). Secara resmi, AS Roma baru terbentuk pada tahun 1927. Penggabungan alias merger tiga klub kota Roma tersebut digagas oleh diktator Italia kala itu, yaitu Benito Musollini. Dimana Musollini merasa jengah atas dominasi klub Italia Utara di jagad sepakbola Italia. Uniknya, Lazio merupakan satu-satunya klub kota Roma yang menolak merger tersebut, Lazio sendiri lahir pada tahun 1900.

Sejauh ini, Lazio menganggap bahwa merekalah klub pertama di kota Roma, mengingat AS Roma baru muncul 27 tahun kemudian. Merekalah yang pantas mendapatkan gelar kaisar Roma. Nah, AS Roma pun menghujat Aquile. Bagi mereka, pendukung adalah orang luar/outsider di kota Roma. Lazio adalah sekumpulan petani dari pedesaan. Selain itu, warna biru langit serta lambang burung elang sama sekali tidak menunjukkan ciri khas dari sebuah kota Roma. Warna biru langit milik Lazio justru menunjukkan tipikal dari bendera Yunani. Sedangkan elang adalah hewan sakral milik Dewa Jupiter.

Apabila mengacu dari mitologi Romulus dan Remus, serigala menjadi peranan penting dalam sejarah kota Roma. Warna merah mewakili Vatikan, sedang warna kuning mengadopsi warna kebanggaan kekaisaran Romawi. Selain itu, serigala juga kerap dihubungkan dengan Mars (dewa perang), ayah dari dua bayi kembar yang lahir dari rahim Rhea Silvia.

Akan tetapi, seekor elang juga merupakan simbol penting disaat kekaisaran Romawi mengalami masa kejayaan. Entahlah, elang ataupun serigala. Pastinya, di setiap tahun mereka selalu bertemu, siapa yang tercabik, lalu dikencingi.

Disisi lain, Lazio juga berpendapat bahwa para fans AS Roma adalah para turis (pendatang dan keturunan imigran) dari daerah selatan nan jauh. Sekedar tambahan, para pendukung Lazio kebanyakan berasal dari utara kota Roma yang kaya serta berhaluan politik sayap kanan. Sedang tifosi AS Roma didominasi oleh masyarakat kelas menengah (kaum proletar) berpaham politik sayap kiri. Mayoritas berasal dari selatan kota Roma. Tempat mereka di stadion Olimpico pun berbeda, Lazio menghuni Curva Nord, sedang AS Roma di Curva Sud.

Berbagai kerusuhan, penghinaan, hujatan serta banner rasis kerap kali muncul di saat berlangsung Derby Della Capitale. Salah satu pemain favorit Lazio, yaitu Paolo Di Canio adalah pemain yang kerap memberikan salam fasis dihadapan pendukungnya. Di tahun 2001, sempat terbentang sebuah banner bernada fasis dan rasis yang ditujukan untuk AS Roma. Banner tersebut menghujat AS Roma, mereka lahir dari ras kulit hitam serta sekelompok masyarakat Yahudi. Rentangan banner tersebut merupakan respon dari Laziale yang sebelumnya sempat dihina oleh suporter AS Roma. Romanisti pernah memajang sebuah banner yang menyatakan bahwa Lazio adalah kambing dan pendukungnya merupakan sekumpulan para penggembala. Sejauh ini pendukung Lazio memang identik dengan simbol-simbol bernada fasis, mereka juga sering memajang lambang swastika. Di musim 98-99, Laziale pernah membuat banner dengan panjang sekitar 50 m yang berbunyi "Auschwitz is your town, the ovens are your houses”


Permusuhan dua klub yang sarat emosi tersebut pun sampai memakan korban, dimana suporter Lazio tewas pada saat derby berlangsung. Di tahun 1979, salah seorang fans Lazio, Vicenzo Paparelli tewas setelah matanya terkena serangan roket jarak jauh. Kematian tersebut menjadi noda hitam persepakbolaan Italia, seorang suporter tewas di stadion. Selanjutnya, pada tahun 2004, pertandingan AS Roma vs Lazio sempat dihentikan oleh suporter AS Roma. Dimana tiga orang dedengkot ultras AS Roma turun ke lapangan dan meminta Fransesco Totti untuk menghentikan pertandingan. Pertandingan tersebut diselimuti rumor adanya kematian seorang anak kecil di luar Olimpico, karena tertabrak mobil polisi. Derby kota Roma akhirnya dihentikan, setelah wasit Roberto Rosetti menelpon Adriano Galliani selaku presiden FIGC. Ada indikasi yang sebenarnya terjadi diluar lapangan adalah keributan suporter AS Roma dengan para polisi. Kerusuhan tersebut mengakibatkan 170 orang terluka dan 13 orang ditahan akibat peristiwa memalukan tadi. Di tahun 2009, pertandingan sempat dihentikan selama 13 menit karena luncuran kembang api ke dalam lapangan yang menyebabkan mata pedih.

Sejauh ini Derby Capitolino sudah berlangsung 172 kali. AS Roma berhasil meraih kemenangan sebanyak 63 kali dibanding Lazio yang baru mengoleksi 48 kemenangan. Sisanya kedua klub tersebut berbagi 61 kali hasil imbang. Derby Roma pertama kali berlangsung pada 8 Desember 1929 di stadion Campo Rondinella. 1-0 untuk AS Roma, gol tersebut dicetak oleh Rodolfo Folk. Kemenangan Lazio yang pertama terjadi pada tanggal 23 Oktober 1932, 2-1 untuk mereka. Gol dari Lazio dicetak oleh Demaría dan Castelli. Kemenangan terbaik untuk AS Roma terjadi pada musim 1933-1934, mereka menang 5-0 atas Lazio. Kelima gol tadi dicetak oleh Tomasi (3 gol) dan Bernardini (2 gol). Sedang hasil terbaik bagi Lazio terjadi pada tahun 2006-2007,  mereka berhasil membungkam AS Roma dengan skor 3-0. Ketiga gol tadi dicetak oleh Ledesma, Oddo dan Mutarelli. Di musim 1997-98 ada peristiwa unik bagi Lazio. Mereka meraih empat kali kemenangan Derby Roma dalam satu musim. Mereka menang 3-1 dan 2-0 di kompetisi Serie A. Serta dua kemenangan lagi di perempat final Coppa Italia dengan skor 4-1 dan 2-1.

Il Capitano Fransesco Totti merupakan pemain dengan penampilan terbanyak dalam Derby Roma, total 31 pertandingan ia jalani. Di Lazio ada Aldo Pulcinelli dan Giuseppe Wilson, masing-masing menjalani 19 kali Derby. Legenda AS Roma, Dino Da Costa meduduki puncak pertama sebagai top scorer di Derby Della Capitale. Sebelas gol berhasil ia lesakkan ke gawang Lazio. Pelatih Fiorentina saat ini, Vicenzo Montella menjadi satu-satunya pemain yang mencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan. Montella membobol 4 gol ke gawang Lazio pd 11 Mar 2001. Montella mengakui, dirinya begitu gembira saat pertandingan tersebut. Sampai sekarang,Montella masih mencintai AS Roma. Scudetto di tahun 2001 adalah momen terindahselama hidupnya


Mungkin agak dibuat-dibuat, tapi fakta membenarkan bahwa haram hukumnya, AS Roma memakai jasa (membeli) pemain yang pernah berbaju Lazio ataupun sebaliknya. Ketika Pazzini pindah ke Milan, atau Ogbona bermain untuk Juventus, hal tersebut tidak menjadi problem bagi mereka. Beberapa pemain yang pernahberseragam Lazio dan AS Roma antara lain, Sinisa Mihajlovic, Roberto Muzzi,Diego Fuser, Luigi Di Baggio, Lionello Manfredonia dll. Entah patut berbangga atau tidak, fakta unik lainnya adalah, Arne Selmosson merupakan pemain yang pernah mencetak gol baik saat membela Lazio atau AS Roma.

"Much more than just a game", itulah kata yang tepat untuk menyebut Derby Della Capitale. Tomasso Rochi juga berujar, bagi mereka Roma adalah Lazio, biarpun warna kota Roma dipakai oleh Il Lupi. Bagi fans Lazio ataupun AS Roma, menang dalam Derby Della Capitale itu lebih indah dan bergengsi daripada meraih Scudetto. Fransesco Totti dan legenda AS Roma, Giacomo Losi juga mengamini pendapat tersebut. Mereka bukan sekadar pemain, tetapi suporter bagi AS Roma. Roman adalah simbol bagi kedua klub. Bagi para Laziale, Paolo Di Canio adalah icon dan menginspirasi mereka, Di Canio adalah Lazio. Kebencian yang mengitari laga tersebut bisa kita nikmati dalam dokumenter yang dibuat oleh Football Rivalries. Kalau boleh bermimpi, entah tahun berapa, saya ingin melihat Montella melatih Roma lagi dan Di Canio menukangi Lazio. Lalu mereka berdua bertemu dalam Derby Della Capitale, Montella yang kalem melawan Di Canio yang agresif. It's very beautiful. Forza Roma !


Kita tahu, benteng terbesar di Italia adalah seorang nyonya yang mampu mengoleksi emas begitu banyak. Tahun kemarin nyonya tersebut berhasil mendulang emas kembali. Musim yang panjang nan terjal harus dilewati seekor serigala. Serigala pincang, iya serigala ompong. Secara tragis, mereka gagal menambang sebongkah perak. Serigala tadi terlihat sangat kelelahan, matanya nanar, menonton seekor elang terbang dengan gemilang dihiasi cincin perak dijarinya. Serigala pincang tadi dianggap wafat. Sebuah pemakaman diadakan untuk menghormatinya. Ironis, ribuan tangis palsu mengiringi jasadnya. Serigala mungkin hanya mati suri. Mereka mencoba untuk bangkit, mencakar dan mencabik-cabik seekor elang. Mencoba menancapkan kembali bendera kuning dan merah diatas kota abadi.


“Are you ready for a war ?” (William Wallace | Braveheart)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar