"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Kamis, 17 Januari 2013

Kado Kecil Untuknya


Pukul 10 pagi, pria ini nampak gusar di hadapan keramaian. Hilir mudik mahasiswa serta mahasiswi tidak mengundang perhatiannya untuk sekedar melirik atau menyapa. Pria itu merogoh sakunya dan membaca kembali sms yang ia terima sekitar satu jam yang lalu.
“Aku di perpus jam 10 mas..”
Ia berjalan ke utara, niatnya menuju kampus Sospol, namun berhenti sebentar di ATM. Selepas itu ia meneruskan tujuannya, entah apa ya ia pikirkan. Memakai kaos merah marun dan setelan jeans warna biru, serta tas punggung hitam di belakang. Sesampai di kampus Sospol, ia lalu menemui temannya. Tak lupa pula ia memesan kopi hitam gelas kecil. Obrolan-obrolan kecil ia lewatkan bersama temannya. Lelaki tadi lalu menjelaskan ke temannya, kenapa ia mengajak untuk ketemu di kampusnya. Satu hal, lelaki itu ingin menyelesaikan satu persoalan yang selama ini mengganjal hatinya. Mengganjal hatinya selama dua tahun lebih. Ya, pria tersebut ingin menemui gadis pujaannya.
Laki-laki tadi lalu menulis sebuah pesan sms, “Di perpus Sospol tho? Okee, aku kesana bentar lagi, lg ktmu temen di kantin Sospol..” Balasan singkat ia terima, “Iyap”
Teman pria tadi sempat menyatakan bahwa dirinya pernah seperti itu pula. Menghadapi persoalan yang sama, daripada mengendap terlalu lama lebih baik langsung diselesaikan, apabila dirasa menganggu pikiran. Mereka berdua lalu menuju perpustakaan Sospol. Sebelum berangkat pria tadi sempat mengobrol sebentar dengan seorang perempuan. Perempuan yang baru dia kenal sehari yang lalu.
Ahirnya mereka tiba di depan pintu perpustakaan Sospol. Si pria nampak kebingungan, apa yang harus dia lakukan. Hampir sepuluh menit mereka berada di luar hanya untuk rembugan. Laki-laki tadi langsung masuk ke perpustakaan, namun keluar lagi. Alasannya dia bingung ada dimana sosok yang dia cari. Pria tadi menulis sms, menanyakan ada dimana gadis yang akan dia temui. Gadis tersebut membalas, “D dalem mas..”
Bergegaslah dirinya, masuk ke perpustakaan. Di dalam, dia hanya celingukan, nampak seperti maling yang kehilangan tujuan. Ia pun keluar lagi, meminta pendapat lagi. Masuk perpustakaan lagi, berulang kali. Karena jengkel, pria tadi lalu mengirim pesan singkat. Menyuruh si gadis untuk keluar sebentar.
Selang kemudian, seorang gadis keluar dari perpustakaan. Memakai jilbab dan baju bermotif garis-garis hitam putih. Yak, mirip motif jersey Juventus. Gadis itu tersenyum. Si pria lalu mengajak mengobrol, sekedar basa-basi. Ia lalu menyuruh perempuan tadi untuk duduk. Sepotong demi sepotong pembicaraan mereka lalui. Dari obrolan standar semacam skripsi, lalu gombalan ataupun mengenai organisasi yang mereka berdua ikuti.
Waktupun memutuskan mereka untuk berbicara lebih dalam. Si pria mengajak gadis tersebut untuk berpindah tempat ngobrol. Gadis tadi merasa canggung, tapi akhirnya ia pun mengikuti permintaan pria tersebut.
Tidak jauh dari tempat mereka mengobrol semula. Pria tadi tidak peduli dengan lalu lalang orang sekitar. Ataupun beberapa mahasiswa yang sedang membaca di dekat mereka. Ia bertekad untuk menyelesaikan semua gundah gulana yang ia simpan selama ini. Hari itu, semua harus selesai, demi kelegaan hati yang mungkin sudah amat sesak bagi dirinya.
Pria tadi mengeluarkan sebuah kado kecil dari dalam tasnya. “Anggap saja ini pengganti gelang yang kamu berikan padaku” ujarnya. Si perempuan nampak tersenyum malu-malu, ia merasa tidak enak, kenapa harus sampai segitunya. Di dalam kado tersebut tersimpan pesan kecil untuk gadis itu. Ia menyuruh untuk membukanya di rumah. Biarpun si gadis amat penasaran dengan isi kado tadi.
Banyak kata-kata terucap saat pertemuan tadi. Pria tadi mengakui bahwa ia menaruh hati kepadanya. Amat lama ia bermimpi bisa bersanding, memadu kemesraan bersama perempuan berjilbab tadi. Hanya sekedar pengakuan perasaan saja, tanpa meminta sebuah jawaban. Yah, mungkin selama dua tahun tersebut, Tuhan belum mengijinkan impian si pria.
Sebuah ucapan terimakasih disampaikan oleh gadis tadi. Ia merasa selama ini lelaki tadi hanya bercanda, karena kerap melontarkan gombalan kepadanya. Itulah alasan dia, kenapa jarang mengubris segala kata-kata atau sms dari pria tersebut. Disadari atau tidak oleh gadis tersebut, lelaki tadi tetap merasa bahwa semua perasaan yang tercurah adalah benar adanya.
Hanya singkat pembicaraan mereka. Bagi pria tersebut, biarlah pesan kecil yang tertulis dalam kado tersebut meneruskan untaian perasaannya akan gadis tadi. Pertemuan mereka hari itu berakhir sudah. Entahlah, ia hanya mampu menatap gadis tersebut membuka pintu dari kejauhan. Biarpun hatinya berbisik, “Kejarlah, sampaikanlah !”

***
Jauh hari kemudian, lelaki tersebut masih merasa terombang-ambing ombak asmara. Ia tetap membiarkan kado kecil itu menjadi merpati yang menyampaikan sebuah pesan. Entah, apakah gadis tersebut menyadari akan makna “I wish we’d met in another life…” *

*quote film The Tourist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar