Pukul 10 pagi,
pria ini nampak gusar di hadapan keramaian. Hilir mudik mahasiswa serta
mahasiswi tidak mengundang perhatiannya untuk sekedar melirik atau menyapa. Pria
itu merogoh sakunya dan membaca kembali sms yang ia terima sekitar satu jam
yang lalu.
“Aku di perpus
jam 10 mas..”
Ia
berjalan ke utara, niatnya menuju kampus Sospol, namun berhenti sebentar di
ATM. Selepas itu ia meneruskan tujuannya, entah apa ya ia pikirkan. Memakai kaos
merah marun dan setelan jeans warna biru, serta tas punggung hitam di belakang.
Sesampai di kampus Sospol, ia lalu menemui temannya. Tak lupa pula ia memesan
kopi hitam gelas kecil. Obrolan-obrolan kecil ia lewatkan bersama temannya.
Lelaki tadi lalu menjelaskan ke temannya, kenapa ia mengajak untuk ketemu di
kampusnya. Satu hal, lelaki itu ingin menyelesaikan satu persoalan yang selama
ini mengganjal hatinya. Mengganjal hatinya selama dua tahun lebih. Ya, pria
tersebut ingin menemui gadis pujaannya.
Laki-laki
tadi lalu menulis sebuah pesan sms, “Di perpus Sospol tho? Okee, aku kesana
bentar lagi, lg ktmu temen di kantin Sospol..” Balasan singkat ia terima,
“Iyap”
Teman
pria tadi sempat menyatakan bahwa dirinya pernah seperti itu pula. Menghadapi
persoalan yang sama, daripada mengendap terlalu lama lebih baik langsung
diselesaikan, apabila dirasa menganggu pikiran. Mereka berdua lalu menuju
perpustakaan Sospol. Sebelum berangkat pria tadi sempat mengobrol sebentar
dengan seorang perempuan. Perempuan yang baru dia kenal sehari yang lalu.
Ahirnya
mereka tiba di depan pintu perpustakaan Sospol. Si pria nampak kebingungan, apa
yang harus dia lakukan. Hampir sepuluh menit mereka berada di luar hanya untuk
rembugan. Laki-laki tadi langsung masuk ke perpustakaan, namun keluar lagi.
Alasannya dia bingung ada dimana sosok yang dia cari. Pria tadi menulis sms,
menanyakan ada dimana gadis yang akan dia temui. Gadis tersebut membalas, “D
dalem mas..”
Bergegaslah
dirinya, masuk ke perpustakaan. Di dalam, dia hanya celingukan, nampak seperti
maling yang kehilangan tujuan. Ia pun keluar lagi, meminta pendapat lagi. Masuk
perpustakaan lagi, berulang kali. Karena jengkel, pria tadi lalu mengirim pesan
singkat. Menyuruh si gadis untuk keluar sebentar.
Selang
kemudian, seorang gadis keluar dari perpustakaan. Memakai jilbab dan baju
bermotif garis-garis hitam putih. Yak, mirip motif jersey Juventus. Gadis itu
tersenyum. Si pria lalu mengajak mengobrol, sekedar basa-basi. Ia lalu menyuruh
perempuan tadi untuk duduk. Sepotong demi sepotong pembicaraan mereka lalui.
Dari obrolan standar semacam skripsi, lalu gombalan ataupun mengenai organisasi
yang mereka berdua ikuti.
Waktupun
memutuskan mereka untuk berbicara lebih dalam. Si pria mengajak gadis tersebut
untuk berpindah tempat ngobrol. Gadis tadi merasa canggung, tapi akhirnya ia pun
mengikuti permintaan pria tersebut.
Tidak
jauh dari tempat mereka mengobrol semula. Pria tadi tidak peduli dengan lalu
lalang orang sekitar. Ataupun beberapa mahasiswa yang sedang membaca di dekat
mereka. Ia bertekad untuk menyelesaikan semua gundah gulana yang ia simpan
selama ini. Hari itu, semua harus selesai, demi kelegaan hati yang mungkin
sudah amat sesak bagi dirinya.
Pria
tadi mengeluarkan sebuah kado kecil dari dalam tasnya. “Anggap saja ini
pengganti gelang yang kamu berikan padaku” ujarnya. Si perempuan nampak
tersenyum malu-malu, ia merasa tidak enak, kenapa harus sampai segitunya. Di
dalam kado tersebut tersimpan pesan kecil untuk gadis itu. Ia menyuruh untuk
membukanya di rumah. Biarpun si gadis amat penasaran dengan isi kado tadi.
Banyak
kata-kata terucap saat pertemuan tadi. Pria tadi mengakui bahwa ia menaruh hati
kepadanya. Amat lama ia bermimpi bisa bersanding, memadu kemesraan bersama
perempuan berjilbab tadi. Hanya sekedar pengakuan perasaan saja, tanpa meminta
sebuah jawaban. Yah, mungkin selama dua tahun tersebut, Tuhan belum mengijinkan
impian si pria.
Sebuah
ucapan terimakasih disampaikan oleh gadis tadi. Ia merasa selama ini lelaki
tadi hanya bercanda, karena kerap melontarkan gombalan kepadanya. Itulah alasan
dia, kenapa jarang mengubris segala kata-kata atau sms dari pria tersebut.
Disadari atau tidak oleh gadis tersebut, lelaki tadi tetap merasa bahwa semua
perasaan yang tercurah adalah benar adanya.
Hanya
singkat pembicaraan mereka. Bagi pria tersebut, biarlah pesan kecil yang tertulis
dalam kado tersebut meneruskan untaian perasaannya akan gadis tadi. Pertemuan
mereka hari itu berakhir sudah. Entahlah, ia hanya mampu menatap gadis tersebut
membuka pintu dari kejauhan. Biarpun hatinya berbisik, “Kejarlah, sampaikanlah
!”
***
Jauh hari kemudian,
lelaki tersebut masih merasa terombang-ambing ombak asmara. Ia tetap membiarkan
kado kecil itu menjadi merpati yang menyampaikan sebuah pesan. Entah, apakah
gadis tersebut menyadari akan makna “I wish we’d met in another life…” *
*quote film The Tourist
Tidak ada komentar:
Posting Komentar