Anak kecil itu berada disamping
Avanza hitam. Tanpa mengulurkan tangan, matanya fokus memandang sesuatu.
Mulutnya “mlongo”. Dia yang bergelut dengan terik sang surya sedari siang,
hingga senja menghampiri malam. Polos namun dekil.
Si kecil tetap tidak meminta-minta.
Kaosnya bergambar Naruto, celananya merah. Memang, hari ini adalah Senin. Sepasang mata kecilnya menyaksikan sebuah
layar kaca. Ia melihat domba, ia menonton Shaun The Sheep. Oh iya, anak kecil
tadi memang bukan penggembala domba, melainkan digembala oleh kedua orang tuanya.
Lain lagi dengan di dalam
Avanza. Alkisah ada seorang anak kecil duduk dengan nikmat di dalam mobil. Karena
di mobil tidak panas atau gerah, tapi dingin, segar dan wangi. Bajunya lebih
bagus, bukan kaos, tapi polo. Polos namun rapi. Ia serius melihat domba-domba
imut berkeliaran di area peternakan. Dirinya tidak sadar dengan sosok anak
kecil diluar mobil. Sama-sama berkeliaran, tapi dijalanan. Eh, bukan salah dia
juga apabila sejak kecil sudah kaya.
Merah menjadi hijau. Bayangan
anak kecil tadi ditelan derasnya desingan motor. Ia sudah berdiri di trotoar,
matanya masih memandangi roda-roda Avanza. Ia merindukan seekor domba.
Masa kecil bocah itu telah
direnggut oleh kerasnya jalanan. Fase kecilnya hampa, hilang, ditelan perasan
keringat. Dia bukan penggembala, tetapi digembala. Demi sesuap receh untuk
keluarganya. Bocah itu tidak tahu apa-apa….
“Anak kecil sekecil itu
berkelahi dengan waktu……”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar