"Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam Nabi, Supaya sejarah menjadi jinak. Dan mengirim sepasang merpati" (Kuntowijoyo)

Rabu, 30 April 2014

The Rise of Rome Empire

“Nobody knows Roma in Europe now” (Luciano Spalletti)

Pria botak itu kembali lagi menyaksikan anak asuhannya. Ah, mantan asuhan maksud saya. Luciano Spalletti, pria berumur 55 tahun tersebut datang ke Artemio Franchi, Sabtu malam waktu Italia. Mungkin saja mantan pelatih AS Roma tersebut berniat untuk nostalgia dan mengingat masa lalu yang indah bersama Giallorossi. Atau sekedar menghabiskan waktu luang di kampung halamannya, Florence. Selain Spalletti, perdana menteri Italia yang baru juga berada di stadion. Matteo Renzi berasal dari Florence dan terlahir sebagai fans La Viola. Beberapa “mata-mata” dari Liverpool, Manchester United, Zenit serta Juventus juga turut hadir. Kurang tahu siapa yang sedang dipantau, namun beberapa rumor mengatakan bahwa mereka mengamati Pjanic, Ljajic serta Cuadrado.



Malam itu, raihan tiga poin merupakan target Rudi Garcia serta anak asuhnya. Tentu saja mereka ingin mengunci tiket Liga Champions musim depan. Faktor lain adalah hasrat serigala – serigala Roma yang ingin membuktikan bahwa persaingan Scudetto belum habis. Namun perlu disadari, Juventus teramat tangguh di Italia musim ini bahkan di Eropa kasta kedua. Hanya faktor keberuntungan yang bisa mewujudkan harapan Roma meraih Scudetto musim ini. Jadi bermimpilah supaya Juventus kalah terus selama empat pertandingan ke depan.

“The winning mentality is one of those things about Juventus that, deep down, we Romanisti have always envied” (“the 8th King of Rome / Paulo Roberto Falcao)


Apabila mengacu statistik lima pertemuan terakhir, dibawah komado Vincenzo Montella, Fiorentina selalu menelan kekalahan. Sampai – sampai Montella berkelakar, bahwa dirinya terlalu mencintai AS Roma sehingga tidak mampu mengalahkan mereka. Nyatanya, sampai detik akhir pertandingan, gawang Morgan De Sanctics masih perawan. Roma membawa pulang tiga poin atas goal Radja “Ninja” Nainggolan. Horas ! Montella kembali tertunduk ditangan AS Roma. Sepuluh tahun di Roma terlalu manis untuk Montella. Kamu terlalu berbakti kepada Roma.

“I’m very flattered to receive this important recognition, although it does feel strange to be entering the Hall of Fame at my age. It fills me with pride to know that it was the fans who voted for me, the same fans who were at the Olimpico when we won the Scudetto. I’ll never forget the years I spent at Roma and all the great times i had with my team-mates” (Vincenzo Montella)


Kemenangan di Artemio Franchi sangat penting bagi Roma. Terkunci sudah tiket Liga Champions musim depan. Hadiah Paskah yang indah. Di akhir pertandingan pemain – pemain Roma merayakan kemenangan dengan penuh suka cita. Setelah tiga tahun mereka absen di kancah Eropa. Saat konferensi pers, Rudi Garcia berujar bahwa lolosnya Roma di Liga Champions dia persembahkan untuk Kevin Strootman. Aku pikir itu sebuah metode untuk membangkitkan mental pemain. Rudi Garcia tidak hanya mengubah cara bermain AS Roma. Tapi juga menumbuhkan semangat, kebersamaan dan mental juara.

Mari kita tunggu kiprah AS Roma musim depan. Rudi Garcia sudah membuktikan kapasitasnya musim ini. Apabila musim depan Roma mampu tampil menggigit, baik di kancah Italia atau Eropa, sudah saatnya para Romanisti mengibarkan bendera bergambar Rudi “Porompopero” Garcia.

“Everybody knows Roma in Europe now” Daje Roma !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar