“Because
I grew up playing for Roma and I want to die playing for Roma, because I have
always been a Roma’s fan !” (Francesco
Totti)
“We
were here. We are here. We’ll always be here. In victory or defeat, never
slaves to the result" (banner in the Curva Sud)
Mungkin ini setengah musim
terbaik yang pernah saya alami ketika mendukung AS Roma. Tahun kemarin dan
kemarin–kemarinnya, saya rasa sangat hambar. Terutama ketika AS Roma dipaksa
takluk dihadapan rival abadinya. Beberapa tahun terakhir, Roma tak pernah menang
ketika menghadapi Lazio. Namun di bulan September kemarin, racikan indah Rudi
Garcia berhasil menjinakkan elang liar tersebut. Luka lama di bulan Mei saat
final Coppa Italia dengan cepat terobati. Forza Roma, Daje Garcia !
“Not
knowing how to respond to a defeat is worse than the defeat itself !” (banner by Roma fans)
“Schedule
has given us chance to rise from dead quickly..” (Rudi Garcia)
Saya sendiri sempat menyumpah
AS Roma ketika mereka memutuskan untuk menjual Erik Lamela. Siapa yang tidak
terpana melihat skill bocah yang termasuk jajaran wonderkid Football Manager
tersebut. Tampaknya, ditahun ini, Roma benar-benar ingin menciptakan sebuah
balance antara golongan muda dan tua. Musim kemarin, dibawah asuhan Zdenek
Zeman, pasukan muda Roma tidak terlihat tajinya. Mungkin Zeman memang bukan
pelatih yang bergelimang piala. Tapi jangan salah, opa Zeman lihai memoles
pemain muda dan menciptakannya menjadi bintang. Sebut saja, Giuseppe Signori atau
Fransesco Totti. Kalau di era sekarang, tentunya kita terkesan dengan Lorenzo
Insigne dan Marco Veratti, notabene mereka adalah asuhan Zeman ketika di
Pescara. Grazie Zeman !
"Who are the best five Italian players? Totti, Totti, Totti, Totti, Totti." (Zdenek Zeman)
Sebagai pecinta Roma, tahun ini
mungkin saatnya untuk berkoar-koar. Kapan lagi kita bisa menyombongkan diri
ketika awal pekan harus bertemu teman-teman dan pasti akan menyinggung soal
sepakbola. Musim depan belum tentu kiprah mereka menjanjikan. Biarpun harapan saya, AS Roma tetap konsisten dari tahun ke tahun. Mampu bersaing dan berkompetisi baik di kancah lokal ataupun Eropa.
"Rome wasn't built in one day"
Memang membanggakan, rekor demi rekor mereka ciptakan, setidaknya fans AS Roma sudah jatuh hati kepada Rudi Garcia. Bersama Rafael Benitez, mantan pelatih Lille tersebut menjadi pelatih asing (non Italia) pertama yang mampu menduduki puncak klasemen selama tiga pekan. Rekor lainnya, AS Roma mampu meraih 10 kali kemenangan berturut–turut dalam sejarah Serie A. Hasil tersebut memecahkan rekor milik Juventus. Si Nyonya Tua mampu meraih delapan kali kemenangan berturut – turut selama tiga kali, terakhir di tahun 2005/06. Fabio Capello turut berbangga, karena Roma yang mampu memecahkan rekor yang dia buat saat bersama Juventus. Berikutnya, Alesio Cerci patut berbangga karena mampu menyelamatkan Torino dari kekalahan. Namun bisa juga bersedih, karena mematahkan rekor tim kesayangannya. Sayang karena gol Cerci tadi, ketika Roma bertandang melawan Torino, rekor milik Tottenham Hostpur tak mampu mereka samai. The Spurs mampu meraih sebelas kali kemenangan beruntun di tahun 1960/61 dan masih bertahan sampai sekarang di jagad Eropa. Kita tunggu musim depan, siapa yang mampu menghancurkan rekor Tottenham tersebut.
"Rome wasn't built in one day"
Memang membanggakan, rekor demi rekor mereka ciptakan, setidaknya fans AS Roma sudah jatuh hati kepada Rudi Garcia. Bersama Rafael Benitez, mantan pelatih Lille tersebut menjadi pelatih asing (non Italia) pertama yang mampu menduduki puncak klasemen selama tiga pekan. Rekor lainnya, AS Roma mampu meraih 10 kali kemenangan berturut–turut dalam sejarah Serie A. Hasil tersebut memecahkan rekor milik Juventus. Si Nyonya Tua mampu meraih delapan kali kemenangan berturut – turut selama tiga kali, terakhir di tahun 2005/06. Fabio Capello turut berbangga, karena Roma yang mampu memecahkan rekor yang dia buat saat bersama Juventus. Berikutnya, Alesio Cerci patut berbangga karena mampu menyelamatkan Torino dari kekalahan. Namun bisa juga bersedih, karena mematahkan rekor tim kesayangannya. Sayang karena gol Cerci tadi, ketika Roma bertandang melawan Torino, rekor milik Tottenham Hostpur tak mampu mereka samai. The Spurs mampu meraih sebelas kali kemenangan beruntun di tahun 1960/61 dan masih bertahan sampai sekarang di jagad Eropa. Kita tunggu musim depan, siapa yang mampu menghancurkan rekor Tottenham tersebut.
"I'm very happy it was Roma who ended my record," (Fabio Capello)
Pertanyaannya, apakah Roma
masih bisa konsisten di tahun 2014. Pemegang tahta Scudetto musim kemarin masih
susah dijinakkan. Juventus mengakhiri tahun 2013 dengan menjadi capolista. Mungkin saja gelar Campione D’ Inverno mereka raih musim ini.
Saya pikir, scudetto musim ini masih menjadi jatahnya Juventus. Namun, AS Roma harus dan
wajib meraih Coppa Italia di musim ini. Simbol bintang perak akan terpampang di
jersey mereka musim depan dan musim-musim selanjutnya. Bagi saya, daripada
menambang emas, lebih baik mereka menambang perak. You can do it, Rudi ! You
can do it, Giallorossa !
Benvenuto 2014 ! Auguri a tutti
e forza Roma !